Mengatasi Stunting dengan Pangan Lokal: Upaya Bersama di Puskesmas Belimbing

Padang, 18 Juli 2024 - Stunting adalah masalah gizi kronis yang menjadi tantangan utama bagi kesehatan anak-anak di Indonesia. Berdasarkan data terbaru, prevalensi stunting di Indonesia masih berada di angka 21,6%, jauh di atas batas yang ditetapkan oleh WHO yaitu di bawah 20%. Stunting tidak hanya mempengaruhi pertumbuhan fisik, tetapi juga perkembangan kognitif dan produktivitas anak di masa depan. Salah satu solusi efektif untuk mengatasi masalah ini adalah dengan mengoptimalkan pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang berbasis pangan lokal.

Program pendampingan pembuatan MP-ASI lokal untuk pencegahan stunting yang dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Belimbing, Kota Padang, telah menunjukkan hasil yang menggembirakan. Program ini melibatkan mahasiswa Magister Gizi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas yang berperan aktif dalam memberikan edukasi dan demonstrasi pembuatan MP-ASI dengan bahan pangan lokal kepada ibu hamil dan ibu baduta.

Mengapa Pangan Lokal?

Penggunaan pangan lokal sebagai bahan MP-ASI memiliki banyak keunggulan. Pertama, pangan lokal seperti ubi kayu, pisang, dan telur ayam kampung memiliki kandungan gizi yang tinggi dan mudah didapatkan di sekitar lingkungan. Kedua, pemanfaatan pangan lokal mendukung ekonomi lokal dan mengurangi ketergantungan pada produk komersial yang lebih mahal. Ketiga, pangan lokal lebih diterima oleh masyarakat karena sudah familiar dengan rasa dan teksturnya.

Kegiatan Edukasi dan Demonstrasi

Kegiatan edukasi dan demonstrasi pembuatan MP-ASI di Puskesmas Belimbing dilaksanakan pada 18 Juli 2024. Acara ini dihadiri oleh ibu hamil, ibu baduta, dan kader posyandu. Tujuan utama kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para peserta dalam menyiapkan MP-ASI yang bergizi menggunakan bahan pangan lokal.

Kegiatan dimulai dengan pembukaan oleh salah satu tim pengusul, Mukhlis, yang menjelaskan pentingnya pemberian MP-ASI yang berkualitas untuk mencegah stunting. Selanjutnya, para peserta diminta mengisi kuesioner pre-test untuk mengukur pengetahuan awal mereka tentang stunting dan MP-ASI.

Risak Rinaldi, salah satu narasumber, memberikan penyuluhan tentang stunting, penyebabnya, dampaknya, dan cara pencegahannya. Penyuluhan ini dilakukan secara interaktif dengan melibatkan peserta dalam diskusi dan tanya jawab. Setelah penyuluhan, Westry Wulansari membagikan leaflet yang berisi informasi penting terkait stunting dan pencegahannya sebagai panduan praktis yang bisa dibawa pulang oleh peserta.

Demo Masak MP-ASI

Bagian yang paling menarik dari kegiatan ini adalah demonstrasi pembuatan MP-ASI yang dilakukan oleh Ade Yoza Ofalitna dan Shintia Perdana. Mereka menunjukkan cara-cara praktis dan higienis dalam mempersiapkan MP-ASI menggunakan bahan-bahan lokal. Demonstrasi ini melibatkan peserta secara aktif dengan meminta beberapa ibu untuk mencoba langsung di bawah bimbingan narasumber.

Sesi curah pendapat dan diskusi interaktif juga diadakan setelah demonstrasi. Narasumber mengajak peserta untuk berbagi pengalaman dan pendapat mereka tentang pembuatan MP-ASI. Topik yang dibahas meliputi manfaat pangan lokal, cara penyimpanan yang benar, dan tips untuk memastikan kandungan gizi yang optimal dalam MP-ASI.

Hasil yang Menggembirakan

Setelah sesi edukasi dan demonstrasi selesai, para peserta kembali diminta mengisi kuesioner post-test untuk mengukur perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku mereka setelah mendapatkan edukasi. Hasilnya menunjukkan peningkatan yang signifikan. Rata-rata pengetahuan peserta meningkat dari 38% pada pre-test menjadi 98% pada post-test. Rata-rata sikap meningkat dari 49% menjadi 97%, dan rata-rata perilaku meningkat dari 34% menjadi 96%.

Kesimpulan

Kegiatan ini membuktikan bahwa pendekatan edukatif melalui demonstrasi dan penyuluhan efektif dalam meningkatkan kesadaran dan keterampilan ibu hamil dan ibu baduta dalam mencegah stunting. Pemanfaatan pangan lokal sebagai bahan MP-ASI bukan hanya solusi yang efektif secara nutrisi, tetapi juga mendukung keberlanjutan ekonomi dan kearifan lokal.

Dengan adanya kegiatan seperti ini, diharapkan angka stunting di Indonesia dapat terus menurun, mendekati target yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Kolaborasi antara berbagai pihak, termasuk perguruan tinggi, puskesmas, dan masyarakat, sangat penting untuk mencapai tujuan ini.





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Budaya Makanan dan Kebiasaan Makan di Sumatera Barat: Sebuah Tinjauan

Pola Makan Masyarakat dan Permasalahan Gizi: Tantangan dan Solusi Kebijakan